![]() |
dok.pribadi |
Apa yang orangtua lakukan saat kepo kegiatan anak-anaknya adalah hal wajar dan manusiawi, karena saya dan istripun dulunya pernah seperti itu, tapi seiring berjalannya waktu dan bertambahnya ilmu lambat laun jadi bisa menata hati dan mengendalikan emosi dan sudah tidak kepo lagi he...he..
Kali ini saya akan berkisah tentang serba serbi kehidupan di pondok pesantren. Serba serbi ini saya rangkum dari beberapa kisah yang pernah saya alami saat masih mondok, dan kisah-kisah saat jadi walisantri serta kisah-kisah dari teman-teman yang jadi ustadz di beberapa pesantren salaf dan modern.
Suatu hari saya mengunjungi anak saya di pesantren, saya pun masuk asrama santri sambil mengecek kondisinya. Saya taruh sandal didepan pintu asrama, tepat di depan kamar santri, ditemani anak dan istri saya pun mengecek loker pakaian dan lain-lain, sedangkan istri menata dan merapikan baju anak-anak yang tergantung tidak beraturan di kamar he...he.. bahasa jawanya “pating slengkrah” maklumin saja yang namanya anak-anak apalagi santri putra he..he..
Setelah dirasa sudah selesai pengecekan kondisi kamar anak saya, saya pun kembali keluar kamar, saya tolah toleh nyari sendal tidak ketemu, rupanya sendal saya hilang entah kemana, he..he...rupanya sendal saya di ghasab (dipinjam tanpa ijin) oleh oknum santri entah siapa orangnya sampai sekarang juga gak ketemu he...he.. istri saya nyletuk, “sedekah sendal bi”, sambil cemberut saya berjalan santai keluar pondok sambil nyeker (gak pakai sendal) sambil menggerutu dalam hati “sendal baru beli di mall raib, nasib nasib” ha..ha..
Kejadian sendal saya yang raib adalah bagian dari serba-serbi di pesantren yang tidak dapat kita jumpai di luar pesantren. Dari cara mereka makan, ada yang sembunyi di almari dan tumpukan kasur karena takut kena hukuman, memodifikasi lemari dengan aneka corat coret. Kehilangan sendal, uang, seragam, alat mandi, sarung, bantal, kasur dan lain-lain adalah hal biasa di pesantren.
Banyaknya permasalahan kehilangan yang terjadi di pesantren itulah yang akan membuat santri belajar tentang hakikat kehidupan yang sebenarnya. Dari beragam kejadian tersebut tanpa disadari santri akan menjaga dirinya sendiri, menjadi disiplin, berhati-hati, berhemat, dan sabar sehingga santri bisa memecahkan solusi atas permasalahan yang ia hadapi.
Dari pengalaman saya sebagai santri dan sebagai walisantri, saya klasifikasikan kenapa di pesantren sering terjadi kehilangan dan seolah-olah menjadi hal yang biasa.
Pertama, teledor/ceroboh. Yang namanya anak-anak, tidak bisa dipungkiri pasti seringkali ceroboh dan serampangan pada barang yang dimilikinya. Jika di rumah, barang yang dipunyainya ada yang membantu menyimpan dan merapihkan entah itu ibu bapaknya bahkan neneknya, tapi di pesantren, semuanya harus dilakukan sendiri. Dan ini perlu waktu agar santri baru bisa menjaga barang yang dimikinya dengan benar.
Kedua, pencurian. Pesantren didesain untuk mendidik akhlakul karimah pada para santri, tapi mengapa koq masalah klasik masih saja terjadi pencurian? Perlu diingat, bahwa yang mondok di pesantren dari beragam anak beragam karakter, ada anak berasal dari lingkungan baik dan adapula anak berasal dari lingkungan buruk, tumplek blek jadi satu di pesantren. Karena kita tidak tahu dibalik motif masing-masing santri dan orang tua santri memasukkan anaknya di pesantren.
Ada orangtua yang anaknya nakal liar susah diatur, akhirnya dimasukkanlah ke pesantren agar dididik dan berubah. Setelah masuk pesantren perilaku anak ada yang berubah menjadi baik dan ada pula yang justru semakin liar karena merasa tertekan akhirnya berbuat diluar kendali, mencuri, memalak, dan membuli santri lain yang dianggap lemah. Dari oknum santri inilah kasus pencurian bisa terjadi.
Saya pernah melakukan observasi kecil-kecilan kenapa disebuah pondok sering terjadi pencurian yang mengakibatkan banyaknya barang yang hilang? Saya pernah bertanya pada santri yang tertangkap tangan oleh pihak keamanan pondok, saya tanya kenapa ia mencuri? Dengan jawaban polos “karena pingin jajan gak punya uang, orangtuanya gak pernah ngasih kiriman uang”, ada pula yang jawab “awalnya diajak teman untuk mencuri, akhirnya koq enak terus kebablasan ikut mencuri” he..he.., ada juga yang menjawab “barangnya hilang karena dicuri teman, akhirnya pun gantian mencuri milik teman lainnya”
Ketiga, barang sering tertukar. Sudah lazim di pesantren jika barang yang digunakan para santri relatif sama atau seragam, mulai dari pakaian sepatu dan penempatan barang pun dilokasi yang sama. Dengan kegiatan yang padat di pesantren dengan waktu istirahat yang minim, bisa dikatakan wajar jika barang yang dimilikinya sering tertukar dengan santri lainnya. Agar tidak tertukar perlunya santri memberi tanda khusus sebagai pengenal bahwa barang itu adalah miliknya.
Keempat, hilang karena lupa. Padatnya kegiatan di pondok bisa menguras energi, baik fisik dan fikir yang kadang bisa berdampak pada kelupaan hingga membuat ceroboh santri saat menyimpan barang yang mengakibatkan barang yang dimilikinya hilang. Tak bisa dipungkiri barang-barang seperti peralatan mandi, seragam, buku, tas kerap sekali hilang karena lupa menaruhnya, dan itu juga pernah saya alami saat anak kami mondok sering minta dibelikan gayung dan sepatu karena sering hilang, bahkan dalam seminggu pernah kirim gayung 2 kali ha..ha..
Saat santri mondok di pesantren, pasti pernah mengalami empat hal diatas, bahkan orangtua santri pun juga mengalami hal yang sama karena pastinya putra putrinya curhat tentang kejadian yang ada di pondok.
Sebagai sesama orangtua yang memondokkan anaknya di pesantren, mari kita bersama-sama terus mensupport anak-anak kita yang sedang menimba ilmu di pesantren untuk terus bersemangat untuk menggapai cita-citanya. Jangan samapai luntur dan putus asa, terus motivasi mereka untuk menghadapi dunia kehidupan di pondok sebelum mereka menghadapi kerasnya dunia nyata terjun dimasyarakat.
Kehilangan sendal, buku, peralatan mandi hingga kehilangan uang, jadikan pelajaran untuk lebih disiplin, teliti dan berhati-hati terhadap barangnya sendiri. Belajar ihklas dan sabar bisa menahan emosi. Insya Allah anak-anak kita lulus dari pondok akan menjadi anak-anak yang tangguh secara mental dan spiritual, mandiri dan sebagai penemu solusi yang bisa jadi bekal kehidupannya nanti.
Komentar
Posting Komentar