![]() |
dok.pribadi |
Tukang kayu ini kemudian mengemukakan keinginannya
kepada Tuannya. Tuannya tidak menolak keinginan si Tukang Kayu, tetapi
dia hanya meminta tolong kepada tukang kayu agar membuatkan sebuah rumah
lagi sebelum berhenti bekerja. “Sebelum kamu berhenti, tolong buatkan saya sebuah
rumah. Anggap saja ini rumah terakhir yang kamu buat “, demikian ucap
Tuan dari tukang kayu. Si tukang kayu menyanggupi permintaan tuannya.
Kemudian tukang kayu mulai mengerjakan pembuatan rumah. Selama membuat
rumah, hatinya sudah dipenuhi keinginan dan angan-angan berhenti dari
kerja, sehingga dia mengerjakan rumah itu tidak sepenuh hati. Seperti
pekerjaan menyerut, mengepas, dan bahkan pekerjaan finishing dia
kerjakan tidak teliti, yang penting rumah ini sudah jadi. Dia juga tidak
begitu perduli dengan kualitas kayu-kayu yang akan dipakai dalam
membuat rumah.
Akhirnya, setelah tiga bulan bekerja, selesailah
rumah pesanan Tuannya. Tentu saja rumah tersebut jauh dari indah seperti
yang biasa dia buat. Si tukang kayu kemudian menghadap ke tuannya dan
mengatakan bahwa permintaan tuannya sudah dipenuhinya. Tuan tukang kayu
langsung mengajak si tukang kayu ke rumah tersebut.
“Dari awal saya sudah berniat memberi suatu hadiah
kepada Bapak, waktu bapak ingin berhenti dari perusahaan saya” Tuan dari
tukang kayu memulai bicara. “Nah, rumah yang Bapak buat inilah yang akan saya hadiahkan kepada Bapak. Terimalah Pak” lanjut Tuan dari tukang kayu tersebut.
Si tukang kayu mendengar kata tuannya langsung
kaget, dan menyesal sekali. Kenapa waktu membuat rumah ini dia tidak
bersungguh-sungguh, memilih material yang paling baik, mengerjakan
dengan sepenuh hati seperti dulu yang pernah dia lakukan.
Demikian juga kehidupan kita di dunia ini. Kita
masing-masing mempersiapkan bangunan rumah yang akan kita tempati di
akhirat. Silahkan memilih mana yang diinginkan. Mempersiapkan rumah
sungguh-sungguh dengan mentaati perintah-perintah Allah atau
mengambil pilihan lain.
Komentar
Posting Komentar